SHOHIBUL JANNAH – Sabar merupakan sifat mulia dengan banyak keutamaan. Melalui kesabaran, seorang hamba akan mendapatkan kemuliaan serta keutamaan, baik dihadapan manusia ataupun dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala.
Allah SWT telah memerintahkan kepada para nabi dan umat-Nya untuk bersabar. Perintah sabar disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 22 kali.
Hal ini menjadi bukti bahwa seorang muslim harus melatih rasa sabar, seperti yang dijelaskan dalam surat Ar-Rum ayat 60:
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ وَلَا يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ لَا يُوقِنُونَ
Artinya: “Dan bersabarlah, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) menggelisahkan kamu.”
Melalui ayat di atas, Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk bersabar. Allah menjanjikan kemuliaan dan keutamaan, bagi hamba-Nya yang bersabar.
Sabar seringkali ditempatkan hanya pada perkara yang bersifat ujian, yang membuat seseorang bersedih.
Menyikapi kesedihan dengan sabar juga diperintahkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Hal ini telah dijelaskan dalam suatu riwayat hadits:
عجبًا لأمرِ المؤمنِ . إن أمرَه كلَّه خيرٌ . وليس ذاك لأحدٍ إلا للمؤمنِ . إن أصابته سراءُ شكرَ .فكان خيرًا له . وإن أصابته ضراءُ صبر . فكان خيرًا له
Artinya: “Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya,” (HR Muslim).
Hadits ini menunjukkan, bahwa sikap sabar harus diutamakan meskipun sedang dilanda kesedihan. Dikarenakan sabar menyimpan banyak kebaikan bagi seorang mukmin.
Banyak umat Islam yang salah dalam mengartikan sabar pada hadits tersebut. Sehingga mereka berpikir, bahwa sikap sabar hadir di saat seseorang sedang dalam kesulitan maupun ditimpa kesedihan.
Sabar dalam Islam memiliki makna menahan diri dari perbuatan yang mampu dilakukan. Namun memilih untuk menahannya.
Dalam pandangan Islam, menghadirkan sikap sabar tidak sebatas ketika tertimpa musibah. Islam sendiri membagi sabar menjadi tiga tingkatan, berikut penjelasannya:
1. Sabar di Atas Musibah
Tingkatan sabar yang pertama ialah sabar dalam menghadapi musibah. Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada umatnya untuk menghadirkan sikap sabar ketika musibah menimpa, sebagaimana telah dijelaskan dalam sebuah hadits:
مَرَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِامْرَأَةٍ تَبْكِى عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ « اتَّقِى اللَّهَ وَاصْبِرِى » . قَالَتْ إِلَيْكَ عَنِّى ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيبَتِى ، وَلَمْ تَعْرِفْهُ . فَقِيلَ لَهَا إِنَّهُ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – . فَأَتَتْ بَابَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ لَمْ أَعْرِفْكَ . فَقَالَ « إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى »
Artinya: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kuburan. Lalu beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, (Bertakwalah pada Allah dan bersabarlah). Kemudian wanita itu berkata, (Menjauhlah dariku. Sesungguhnya engkau belum pernah merasakan musibahku dan belum mengetahuinya). Kemudian ada yang mengatakan pada wanita itu bahwa orang yang berkata tadi adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Kemudian wanita tersebut mendatangi pintu (rumah) Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Kemudian dia tidak mendapati seorang yang menghalangi dia masuk pada rumah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Kemudian wanita ini berkata, (Aku belum mengenalmu). Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, (Sesungguhnya namanya sabar adalah ketika di awal musibah),” (HR Bukhari).
2. Sabar dalam Ketaatan
Tingkatan selanjutnya adalah sabar dalam ketaatan. Sabar dalam tingkat ini, mengharuskan seorang muslim dapat konsisten dalam beribadah yang dibebankan kepadanya, dengan segala kesulitan dalam pelaksanaanya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 153:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Seorang yang mencoba untuk konsisten dalam membaca Al-Qur’an, harus bersabar dalam membacanya, baik dalam keadaan ia semangat atau sedang dalam keadaan lelah. Melalui sabar itulah ia mendapatkan konsistensi dalam beramal.
3. Sabar dalam Menjauhi Maksiat
Tingkatan terakhir yaitu sabar dalam menjauhi maksiat. Banyak dari umat islam tidak sadar, bahwa dalam menjauhi maksiat juga memerlukan sabar didalamnya. Hal tersebut telah Allah SWT sampaikan dalam surat Az-Zumar ayat 10:
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.'”
Sabar menjadi jalan yang harus diambil seorang hamba, agar dapat menjauhi maksiat. Pahala tanpa batas ialah janji Allah SWT kepada hamba-Nya yang mau bersabar dalam meninggalkan maksiat.
Itulah tiga tingkatan sabar dalam Islam. Semoga kita dapat menjadikan sabar bukan hanya sekedar ketika tertimpa kesedihan, tetapi juga disaat menjalankan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Aamiin.
Wallohu A’lam
Oleh Muhammad Said Romadhon