SHOHIBUL JANNAH – Amarah merupakan luapan emosi yang sangat dibenci oleh Allah subhanahu wa ta’ala serta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Amarah dapat merugikan orang lain dan diri sendiri. Hal itu dikarenakan saat marah, hati tidak tenang serta pikiran tidak dapat berkonsentrasi dengan jernih.
Selain itu, dilihat dari kacamata kesehatan, orang yang mudah marah juga mudah terserang berbagai penyakit berbahaya
Oleh sebab itu, dari banyaknya kerugian yang ditimbulkan ketika marah, Rasulullah SAW mengajarkan untuk mampu merendam amarah.
Karena orang yang mampu menahan amarahnya, Allah SWT telah menjanjikan surga dan masuk dalam kategori manusia bertakwa.
Sesuai dari yang telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 133-134, berikut:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِين.
Artinya: “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Berikut ini, empat cara merendam amarah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
1. Wudhu
Sesungguhnya, marah merupakan godaan dari setan. Setan sendiri berasal dari api, maka cara mengalahkannya ialah dengan air.
Hal itu sesuai yang diriwayatkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits berikut:
اِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَالشَّيْطَانُ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَاِنَّمَا يَطْفَاُ بِالْمَاءِ النَّارُ. فَاِذَا غَضَبَ اَحَدُكُمْ فَالْيَتَوَضَاءْ
Artinya: “Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan diciptakan dari api sementara api akan padam ketika terkena air. Maka jika di antara kalian ada yang marah maka berwudulah,” (HR. Abu Daud).
2. Membaca Ta’awudz
Orang yang sedang dalam keadaan marah, sebaiknya mengucapkan lafadz ta’awudz yaitu, “a’udzubillaahi minassyaithoonirrajim”.
Hal itu sesuai yang diriwayatkan oleh Rasulullah SAW dalam hadist berikut:
لَوْ يَقُوْل اَحَدُهُمْ اِذاَ غَضَبَ اَعُوْذُباللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ ذَهَبَ عَنْهُ غَيْظُهُ
Artinya: “Jika salah satu mereka sedang marah lalu mengucap a’udzubillaahi minassyaithoonirrajim maka hilanglah marahnya,” (HR. At-Tabrani).
3. Berdoa dan Mengingat Allah
Mengutip dari nu.or.id, bila seorang muslim sedang diselimuti rasa amarah, maka bisa berdzikir dan berdoa kepada Allah.
BACA JUGA: Berkata Kasar, Fenomena Negatif Perusak Adab Manusia
Dalam suatu riwayat disebutkan:
يَقُولُ اللَّهُ تعالى: يا ابْنَ آدَمَ اذْكُرْنِي إِذَا غَضِبْتَ، أَذْكُرُكَ إِذَا غَضِبْتُ فَلَا أُهْلِكُكَ فِيمَنْ أُهْلِكُ
Artinya:“Allah SWT berfirman, ‘Hai anak Adam, ingatlah kepada-Ku jika kamu marah, niscaya Aku mengingatmu bila Aku sedang murka kepadamu. Karena itu, Aku tidak akan membinasakanmu bersama orang-orang yang Aku binasakan’,” (HR. Ibnu Abi Hatim).
4. Mengendalikan Diri
Rasulullah SAW memerintahkan untuk mampu mengendalikan diri ketika sedang dalam keadaan marah, untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.
Karena yang disebut orang kuat ialah orang yang mampu mengendalikan amarah. Hal itu, sesuai dari riwayat berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
Artinya: “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah saw bersabda: ‘Bukanlah orang yang kuat itu karena kekuatan fisik. Sesungguhnya yang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya saat marah’,” (HR. Abu Hurairah).
Cara untuk mengendalikan diri ketika sedang marah ialah bisa dengan menenangkan diri sambil mengambil nafas dalam-dalam. Bila marah dalam keadaan berdiri maka, bisa mengendalikan diri dengan duduk.
Itulah empat cara yang bisa dilakukan untuk merendam rasa marah. Semoga ilmu yang disampaikan bisa bermanfaat.
Wallohu A’lam
Oleh Miftahus Sholichah