25, November 2024 | 12:32 PM

Berikut 10 Cara Mencintai Diri Sendiri dalam Islam, Simak  

SHOHIBUL JANNAH – Islam mendorong setiap muslim untuk memiliki sikap mencintai diri sendiri atau self-love, asalkan hal ini tidak mengarah pada kesombongan atau keangkuhan. Setiap Muslim perlu mengenali dan menghargai nilai dirinya sebagai ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala yang memiliki keistimewaan dan potensi.

Islam menekankan pentingnya menjaga, menghormati, dan merawat diri sebagai bagian dari ibadah dan bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta. Dalam konteks ini, mencintai diri sendiri berarti menjaga amanah yang telah Allah berikan serta menggunakan karunia-Nya dengan cara yang baik.

Islam mendorong umatnya untuk menjaga kesejahteraan fisik, mental, dan juga spiritual. Berbagai ayat Al-Qur’an dan hadis memberikan tuntunan tentang cara mencintai dan menghargai diri sendiri dengan bijaksana.

Berikut ini adalah langkah-langkah mencintai diri sendiri berdasarkan ajaran Islam sesuai dengan pedoman Al-Qur’an dan hadis, serta penjelasan para ulama:

Langkah awal untuk mencintai diri sendiri adalah menyadari bahwa setiap manusia diciptakan dengan keistimewaan. Allah berfirman dalam Alquran Surah At-Tin ayat 4:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Artinya: “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”

Ayat ini menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki nilai dan martabat di hadapan Allah. Ibn al-Qayyim dalam Madarij as-Salikin menegaskan pentingnya menghargai diri sebagai ciptaan Allah yang sempurna.

Kesadaran ini mengarahkan umat Muslim untuk tidak merendahkan diri, melainkan merasa bersyukur. Setiap Muslim seharusnya terdorong untuk menghargai dan mensyukuri pemberian Allah.

Islam menegaskan kewajiban menjaga tubuh dengan sebaik-baiknya yang merupakam amanah Allah untuk setiap manusia. Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا

Artinya: “Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu,” (HR Bukhari dan Muslim).

Hadis ini mengajarkan pentingnya menjaga kesehatan tubuh sebagai wujud syukur kepada Allah. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menekankan bahwa menjaga kesehatan tubuh adalah kewajiban agar seseorang dapat menjalankan ibadah dengan baik.

Tubuh yang sehat mempermudah dalam menjalani berbagai aktivitas positif. Merawat kesehatan tubuh juga menjadi bagian dari mencintai diri sendiri dalam pandangan Islam.

Mencintai diri sendiri dalam Islam juga berarti mengenali potensi yang telah Allah berikan dan berusaha mengembangkannya. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al-Alaq ayat 1:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.”

Ayat ini menekankan pentingnya belajar dan mengembangkan diri. Dr. Yusuf Al-Qaradawi dalam Fiqh Prioritas menjelaskan bahwa mengasah potensi diri merupakan bentuk syukur atas anugerah kemampuan dari Allah.

Dengan terus belajar, seseorang dapat menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama. Selain itu, peningkatan diri membuat individu lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Berbaik sangka atau husnudzon kepada Allah dan diri sendiri merupakan tanda cinta yang utama dalam Islam. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT berfirman:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، إِنْ ظَنَّ خَيْرًا فَلَهُ وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ

Artinya: “Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Jika ia berprasangka baik, maka kebaikan yang ia dapatkan,” (HR Bukhari dan Muslim).

Berbaik sangka menumbuhkan sikap positif dan mendorong fokus pada kekuatan, bukan kelemahan. Seyyed Hossein Nasr dalam bukunya The Heart of Islam menekankan bahwa sikap ini membantu menjaga keseimbangan emosional dan mental.

Memiliki prasangka baik membuat seseorang lebih mampu menerima kelemahan diri. Sikap ini juga memungkinkan individu untuk memperbaiki kelemahan tanpa berlebihan.

Islam mengajarkan pemeluknya untuk memaafkan diri atas kesalahan yang telah diperbuat sebagai bentuk penghargaan dan cinta kepada diri sendiri. Rasulullah SAW bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Artinya: “Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat,” (HR Tirmidzi).

Hadis ini mengajarkan bahwa manusia tidak luput dari kesalahan, tetapi Allah mendorong setiap individu untuk memperbaiki diri. Hamza Yusuf dalam Purification of the Heart menekankan pentingnya menerima dan belajar dari kesalahan tanpa terjebak dalam penyesalan berlebihan.

Memaafkan diri menjadi langkah penting untuk maju dan terus melakukan perbaikan. Proses ini membantu individu tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik.

Islam mendorong setiap orang untuk bersyukur atas rezeki dan kelebihan yang dimiliki tanpa membandingkan diri dengan orang lain. Allah berfirman dalam Alquran Surah An-Nahl ayat 71:

وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ

Artinya: “Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki.”

Ayat ini mengingatkan setiap individu bahwa takdir dan rezeki mereka berbeda-beda. Karen Armstrong dalam Muhammad: A Prophet for Our Time menjelaskan bahwa perbedaan antar manusia merupakan keindahan yang layak disyukuri.

Fokus pada kelebihan diri membuat seseorang merasa lebih bahagia. Dengan tidak membandingkan diri dengan orang lain, seseorang dapat lebih menghargai diri sendiri.

Kualitas spiritual yang kuat menjadi landasan utama bagi kebahagiaan dan ketenangan hati. Allah berfirman dalam Alquran Surah Ar-Ra’d ayat 28:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Artinya: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”

Al-Ghazali dalam Inner Dimensions of Islamic Worship menjelaskan bahwa dzikir dan ibadah mendekatkan seseorang kepada Allah dan membawa kedamaian batin. Dengan mendekatkan diri kepada Allah, seseorang merasakan ketenteraman dan mampu mencintai diri sendiri dengan tulus.

Islam menekankan pentingnya hubungan yang baik dengan orang lain. Rasulullah SAW bersabda:

الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ

Artinya: “Seorang Mukmin adalah cermin bagi Mukmin yang lain,” (HR Abu Dawud).

Hadis ini mengajarkan bahwa hubungan baik dengan sesama muslim memberikan pengaruh positif dalam kehidupan seseorang. Muhammad Asad dalam The Message of the Quran menyatakan bahwa hubungan yang baik memperkuat rasa percaya diri dan cinta pada diri sendiri.

Pertemanan yang positif menjadi dukungan berharga. Dukungan ini membantu individu untuk tumbuh dan berkembang dengan lebih baik.

Bersyukur mengajarkan umat Muslim untuk menerima dan menghargai segala nikmat dari Allah. Allah berfirman dalam Alquran Surah Ibrahim ayat 7:

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

Artinya: “Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.”

Imam Ibn Qayyim dalam Al-Wabil As-Sayyib menyatakan bahwa sikap syukur membawa ketenangan dan kebahagiaan. Dengan bersyukur, seseorang merasa cukup dan lebih menghargai diri sendiri.

Dalam menghadapi kesulitan, Islam mengajarkan agar kita selalu bersandar pada Allah. Rasulullah SAW mengajarkan doa:

اللَّهُمَّ لاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ

Artinya: “Ya Allah, janganlah Engkau serahkan diriku kepada diriku sendiri walau sekejap mata pun,” (HR Abu Dawud).

Doa ini menunjukkan bahwa dalam kelemahan seorang hamba, Allah SWT adalah sumber kekuatan. Hamza Yusuf dalam The Content of Character menjelaskan bahwa tawakkal kepada Allah membawa ketenangan dalam menghadapi ujian hidup.

Mencintai diri sendiri dalam perspektif Islam bukanlah tentang memuaskan hawa nafsu atau mengejar kepuasan duniawi, melainkan tentang merawat, menghargai, dan memaksimalkan potensi diri sebagai amanah dari Allah. Islam mengajarkan tanggung jawab dalam memelihara tubuh, mengenali dan mengembangkan potensi diri, serta menjaga hati dengan berprasangka baik, memaafkan, dan bersyukur.

Self-love dalam Islam berfokus pada menjaga keseimbangan antara kebutuhan fisik, mental, dan spiritual. Dengan mengikuti petunjuk Al-Qur’an dan hadis, seorang muslim dapat mencintai diri tanpa terjebak dalam sikap egois, sehingga mampu menjalani kehidupan yang lebih bahagia dan berarti. Wallahu a’lam.

Aryani Nur Arifah Siregar (
Mahasiswa Prodi PGMI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan

SJ Store