SHOHIBUL JANNAH – Futur berasal dari akar kata bahasa Arab: fatara-yafturu-futurun, yang artinya menjadi lemah dan menjadi lunak atau diam setelah giat dan lemah setelah semangat.
Secara istilah, futur bisa diartikan sebagai sikap malas, menunda-nunda, tidak bersemangat untuk melakukan berbagai kebaikan. Dalam hal ini yang dimaksud yaitu ibadah sunnah yang di syari’atkan.
Beda halnya jika seseorang malas melakukan ibadah yang bersifat wajib, itu bukan termasuk futur. Tetapi ini bisa dikategorikan sebagai perbuatan maksiat, karena telah meninggalkan kewajiban yang telah Allah subhanahu wa ta’ala perintahkan.
Terdapat beberapa faktor yang dapat memunculkan sifat futur terhadap diri manusia, berikut penjelasannya.
Sebab Munculnya Futur
Perlu diketahui apa saja penyebab futur, karena dengan mengetahui penyebabnya seseorang dapat mengantisipasi gejala futur. Berikut merupakan penyebab munculnya sifat futur dalam diri manusia:
1. Hubbu Ddunnya
Hubbu ddunnya adalah kecintaan berlebih terhadap dunia. Hal tersebut dapat melalaikan seseorang dari mengingat perkara akhirat, sehingga dapat membuat lupa kepada Allah SWT.
2. Jahil (bodoh)
Futur juga bisa disebabkan oleh jahil (bodoh) terhadap ilmu agama. Sebab ketidaktahuan akan ilmu agama dapat melemahkan iman, bahkan menyesatkan seseorang.
Maka dari itu, penting sekali untuk mempelajari ilmu agama. Sebagaimana hadits dari Mu’awiyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
Artinya: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, Allah akan memahamkannya dalam perkara agama,” (HR. Bukhari & Muslim).
3. Maksiat
Abu Darda pernah mengatakan:
الإيمان يزيد وينقص
Artinya: “Iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang.”
Iman bertambah dan berkurang tergantung pada amalan yang dilakukan, iman dapat bertambah ketika mengerjakan amal saleh dan berkurang ketika melakukan perbuatan maksiat.
Perlu diketahui bahwa futur bisa di atasi dengan berbagai cara, berikut di antaranya:
BACA JUGA: Pengaruh Maksiat dalam Kehidupan, Berikut Penjelasannya
Cara Mengatasi Futur
Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya berikhtiar untuk mengatasi suatu permasalahan, karena pertolongan Allah datang beriringan dengan ikhtiar yang dilakukan. Berikut cara mengatasi futur:
1. Dzikrullah (mengingat Allah)
Dzikrullah adalah amalan yang paling ringan dilakukan namun berat ditimbangan juga menghapuskan dosa sehingga dapat mengembalikan semangat beribadah.
2. Menghindari Lingkungan yang Buruk
Menarik diri dari lingkungan yang membuat lalai dan merasa aman ketika berbuat maksiat, merupakan salah satu ikhtiar yang perlu dilakukan untuk menjaga kualitas iman yang lebih baik.
3. Mencari Teman yang Saleh
Pertemanan cukup mempengaruhi seseorang dalam beramal, terutama teman dekat. Sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
Artinya: “Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya,” (HR Abu Daud dan Tirmidzi).
4. Mengingat Kematian
Kematian adalah sebaik-baik pengingat. Karena dengan mengingat kematian seseorang lebih memperhatikan ibadah serta amalan yang dilakukan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Jumu’ah ayat 8:
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: “Katakanlah, Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya pasti akan menemuimu. Kamu kemudian akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”
Paksakan Diri untuk Bangkit
Memaksakan diri untuk segera memaksimalkan ibadah perlu dilakukan karena jika tidak begitu sampai kapanpun akan terjebak dalam zona nyaman sehingga sulit untuk bangkit dari rasa futur dan tentunya berdo’a kepada Allah SWT untuk dapat merasakan kembali nikmatnya beribadah.
Setelah mempelajari tentang sifat futur, dapat disimpulkan bahwa futur merupakan kondisi yang wajar terjadi pada seorang muslim, akan tetapi perlu ikhtiar dan kesadaran untuk segera memperbaiki kualitas ibadah serta keimanan.
Wallohu A’lam
Oleh Dherini Rahmarini