SHOHIBUL JANNAH – Sholat Berjamaah biasanya dilakukukan ketika melaksanakan sholat wajib, adapun sholat sunnah namun sholat sunnah lebih dianjurkan untuk munfarid atau sendiri.
Tidak jarang di antara kita telat datang sholat berjamaah, karena ada kesibukan atau yang lainnya. Beberapa orang menyambung sholat menjadi imam pada orang masbuk tersebut.
Lantas, bagaimanakah hukum bermakmum pada orang yang masbuk? Berikut hasil diskusi pada grup WhatsApp komunitas hijrah Shohibul Jannah, simak.
Pertanyaan
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh izin bertanya , bagaimana hukumnya menjadikan seorang yg masbuk menjadi imam, soalnya ana pernah dengar ada yg boleh ada yg tidak? 🙏🏻
▫️Jawaban 1
Oleh kak Husain
Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh Kedua pendapat tersebut sama² benar sedangkan jika ada pendapat yg tidak memperbolehkan itu adalah bentuk kehati²an dikarenakan para sahabat tidak melakukan di zaman nabi
Menurut pendapat imam ahmad:
لا يجوز هنا، وإن جوزنا الاستخلاف
Artinya: “Hal itu tidak diperbolehkan, meskipun kami memperbolehkan istihklaf.”
Namun menurut madzhab Syafi’i hal ini diperbolehkan dikarenakan orang yg sholat sendiri bisa dijadikan Sebagai imam.
▫️Jawaban 2
Oleh Ustadz Ibnu
Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Qoddarullah, karena memang jawabannya segera dibutuhkan, maka in syaa Allah saya berusaha untuk menyampaikannya secara umum dan langsung dari Madzhab Syafi’i. Adapun rincian beserta referensinya yang lebih lengkap, in syaa Allah saya sampaikan setelah menyusunnya dengan sistematis.
▪︎ Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam kaidah:
لا يجوز تأخير البيان عن وقت الحاجة.
Artinya: “Tidak boleh mengakhirkan penjelasan (tentang suatu masalah) ketika sangat dibutuhkan.“
Referensinya:
[كتاب الإبهاج في شرح المنهاج، للإمام تاج الدين ابن السبكي رحمه الله تعالى، ج: ٢، ص: ٢١٥].
Dalam masalah menjadikan orang yang masbuq sebagai Imam, maka ‘Ulama telah membuat bab khusus, yaitu:
حكم إمامة المسبوق
Kurang lebih maksudnya, Hukum orang yang masbuq menjadi Imam.
Adapun gambaran umumnya begini: Ada sebuah jama’ah di masjid tertentu, kemudian Imam salam. Salah satu dari jama’ah ada yang masbuq, lalu datang orang baru yang menjadikan makmum masbuq tadi sebagai Imam (semoga ndak bingung ya), bagaimana hukumnya?
Wallahu a’lam, secara umum dalam Madzhab Syafi’i dibolehkan untuk menjadikan makmum yang masbuq (pada sholat jama’ahnya) sebagai Imam bagi orang yang baru datang ke masjid untuk sholat.
Akan tetapi Ulama menjelaskan, ini berlaku selain shalat Jum’at. Adapun jika Shalat Jum’at, tidak diperbolehkan. Ada sebagian Ulama Syafi’i yang lainnya menjelaskan: Hal ini dibolehkan namun hukumnya Makruh.
Wallahu a’lam, maka yang lebih baik dalam masalah ini adalah, orang yang baru datang tadi membuat jama’ah baru dengan orang lain yang juga belum sholat, in syaa Allah itu lebih utama. Kecuali memang sudah tidak ada lagi yang akan shalat pada waktu itu.
Referensinya:
إمامة المقتدي بإمام آخر
الشافعية قالوا: لا يصح الاقتداء بالمأموم ما دام مأموماً، فإن اقتدى به بعد أن سلم الإمام أو بعد أن نوى مفارقته – ونية المفارقة جائزة عندهم صح الاقتداء به، وذلك في غير الجمعة؛ أما في صلاتها، فلا يصح الاقتداء.
[كتاب الفقه على المذاهب الأربعة لعبد الرحمن الجزيري، ج: ١، ص: ٣٧٦].
أن الشافعية ذهبوا إلى جواز اقتداء المسبوق بالمسبوق على المعتمد مع الكراهة
ففي “تحفة المحتاج في شرح المنهاج” (2/ 283): [لو انقطعت القدوة كأن سلم الإمام فقام مسبوق فاقتدى به آخر أو مسبوقون فاقتدى بعضهم ببعض فتصح في غير الجمعة في الثانية على المعتمد؛ لكن مع الكراهة]
Wallohu A’lam
Oleh Pengurus Shohibul Jannah