SHOHIBUL JANNAH – Belakangan ini marak anak muda mengidolakan artis luar karena ketampanannya, perjuangannya dan sebagainya, serta sudah kita ketahui pula bahwa, artis luar kebanyakan adalah seorang non-muslim.
Melambungnya hal tersebut, memunculkan pertanyaan bagi beberapa orang tentang apakah ada hukumnya, jika seorang muslim mengidolakan mereka yang non-muslim? Untuk itu, artikel berikut ini menuliskan hasil sharing Shohibul Jannah mengenai mengidolakan artis non-muslim.
Pertanyaan:
Apa hukumnya mengidolakan K-pops karena perjuangannya, lagunya dan lainnya?
Jawaban:
🔹Oleh Ustadz Ahmad Bayu
Hadits Nabi:
المرء مع من احب
Artinya: “seseorang akan dikumpulkan kelak bersama orang yang dicintainya.”
Bila idolanya ada di surga, maka ia akan dikumpulkan bersamanya di surga. Dan bila idolanya ada di neraka, maka ia pun akan masuk neraka juga.
Karena jika kita mencintai dan mengidolakan seseorang, maka otomatis kita akan tahu segala hal tentang dia, dan kita akan meniru dia.
Karena itu pada dasarnya tidak ada yang lebih patut untuk kita cintai dan kita idolakan melebihi Nabi Muhammad saw.
Lalu bagaimana jika mengidolakan Nabi, tapi juga mengidolakan artis kafir?
Maka kita perlu jujur pada diri sendiri, siapa yang lebih kita cintai dan kita idolakan?
Sedetil apa pengetahuan dan wawasan kita antara terhadap Nabi dan artis tersebut? Sejauh apa peneladanan kita antara terhadap Nabi dan artis tersebut?
Jika kita bisa menjelaskan segala hal tentang kehidupan artis itu, bisakah kita menjelaskan juga kehidupan Nabi dengan lebih detail dan lebih rinci?
Seandainya kita bisa menjelaskan kehidupan Nabi dengan lengkap, niscaya kita akan sadar bahwa ternyata kehidupan Nabi lebih sempurna daripada artis tersebut.
Kita akan sadar bahwa Nabi lebih hebat, lebih indah, lebih sempurna, bahkan Nabi lebih peduli kepada kita, dibandingkan artis itu yang bahkan tidak kenal kita sama sekali.
Jadi kalo di hati kita masih ada kecintaan kepada artis apalagi yang kafir, maka itu tanda bukti bahwa kita belum mengenal Nabi dengan baik, dan itu kecintaan kita kepada Nabi masih kalah.
Karena kalau kita sudah kenal dengan Nabi, ga akan ada lagi tempat di hati kita untuk mengidolakan artis manapun juga, terlebih lagi yang kafir.
Permisalan kita yang mengaku mengidolakan Nabi, namun juga mengidolakan artis kafir:
Bagaimana perasaan kita jika ada dua orang:
1. Orang pertama berupa anak remaja yang berandalan, tampang juga pas-pasan, ilmunya pun minim, tapi dia suka sedekah ke fakir miskin.
2. Dan orang kedua berupa pemuda tampan, gagah, sopan, rapi, pintar, sholeh, dan juga rajin sedekah ke semua orang, bukan hanya fakir miskin.
Bagaimana perasaan kagum kita terhadap dua orang tersebut?
Memang wajar jika kita respect terhadap sikap orang pertama yang rajin sedekah.
Tapi ya hanya sebatas itu, ga lebih, ga akan sampai mengidolakannya. Karena di hati kita sudah sangat mengidolakan orang kedua yang jauh lebih sempurna.
Demikian pula antara Nabi, dan artis manapun juga.
Wajar kalau kita respect dengan kebaikan mereka. Tapi kalau kita sudah kenal dengan keindahan dan kesempurnaan Nabi, niscaya di hati kita ga akan ada tempat untuk mengidolakan orang lain selain Nabi.
Karena itulah, kalo kita masih mengidolakan seorang artis, itu tandanya kita belum mengenal Nabi, dan belum mencintai Nabi dengan semestinya.
Ana memberikan perbandingan seperti itu, karena sebaik, setampan, serajin, segiat apapun perjuangan artis tersebut, jika dibandingkan dengan Nabi tidak ada apa-apanya.
Bagaikan langit dan dasar sumur, sangat jauh.
Tambahan:
Dikutip dari republika.co.id, Habib Husein Ja’far pernah menjelaskan maksud dari hadits riwayat At-Tirmidzi yang berisikan “seseorang bersama yang ia cintai dan engkau bersama orang yang kau cinta,” adalah menceritakan orang badui yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentang kapan datangnya hari kiamat. Kemudian dijawabnya oleh Rasulullah SAW bahwa kiamat adalah rahasia Allah dan beliau melanjutkan:
“Apa yang kamu persiapkan? Amal saya biasa. Saya tidak mempunyai persiapan yang ekstra kecuali saya mencintaimu Nabi. Nabi menjawab, nah itu sebaik-baiknya persiapan, mencintai aku karena engkau akan mendapat keberuntungan di akhirat. Sebab, seseorang itu di akhirat nanti akan dikumpulkan dengan orang yang dicintainya,” jelas Habib Husein Ja’far.
Beliau juga menjelaskan bahwa jika seorang muslim tidak salah menempatkan idolanya maka tidak masalah, dan sebaliknya. Untuk itu, perhatikan kepada siapa kita mengidolakan seseorang.
Wallohu A’lam
Oleh Pengurus Shohibul Jannah