SHOHIBUL JANNAH – Orang tua adalah sepasang kekasih suami-istri yang selalu memberikan kasih sayangnya kepada anak-anak mereka. Orang tua mencurahkan kasih sayangnya sedari anak berada dalam kandungan hingga dewasa. Mulai dari merawatnya, mendukungnya, hingga memberikannya pendidikan yang baik.
Anak yang shalih dan shalihah tentunya ingin membalas kebaikan dan kasih sayang orang tua, sebagaimana yang telah mereka lakukan terhadap dirinya. Bahkan anak pun rela menjadi garda terdepan sebagai pelindung bagi orang tuanya.
Terkadang hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada orang tua kita, seperti dicaci-maki dan dihina oleh orang lain. Tentunya kita sebagai seorang anak tidak akan terima melihat hal tersebut terjadi pada orang yang kita sayangi, dan disitulah anak menjadi pelindung bagi orang tuanya.
Lantas, bagaimana hukumnya apabila seorang anak sampai memukul orang yang telah mendzolimi orang tuanya dengan tujuan membela dan melindunginya? Berikut adalah hasil kesimpulan sharing di grup Shohibul Jannah.
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh maaf, izin bertanya…
Apakah saya salah bilamana saya marah terus menghajar atau memukul orang yang telah berani mencaci-maki ibu saya, orang yang telah melahirkan saya? Mohon jawabannya.
Jawaban:
Oleh: Kak Ibnu Saifullah.
Bismillah wallahu a’lam, secara fitrah, seseorang akan marah jika ada yang menyakiti ibunya. Namun demikian Agama Islam telah mengajarkan bagaimana sikap seorang Muslim bilamana mendapati sebuah ujian. Berikut saya rincikan beberapa hal:
Pertama, hukum asal dari menghina atau mencaci orang tua adalah haram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: مِنْ اَلْكَبَائِرِ شَتْمُ اَلرَّجُلِ وَالِدَيْهِ. قِيلَ: وَهَلْ يَسُبُّ اَلرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قَالَ: نَعَمْ. يَسُبُّ أَبَا اَلرَّجُلِ، فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ، فَيَسُبُّ أُمَّهُ. [مُتَّفَقٌ عَلَيْه].
Artinya: “Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Termasuk dosa besar (apabila) seseorang memaki orang tuanya.” Dikatakan (Ada sahabat yang bertanya): “Mungkinkah ada seseorang yang memaki orang tuanya sendiri?” Beliau bersabda: “Ya, (yaitu ketika) ia memaki ayah orang lain, lalu orang lain memaki ayahnya dan ia memaki ibu orang lain, lalu orang itu memaki ibunya,” [Muttafaqun ‘Alaih. HR. Bukhari, no. 5973 dan Muslim, no. 90].
Kedua, agama Islam membolehkan untuk membalas orang yang berbuat zholim kepada kita, namun dengan syarat, yaitu: Harus dengan sesuatu yang sama atau sepadan, tidak boleh melampaui batas. Allah Ta’ala berfirman:
فَمَنِ اعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ…..الآية.
Artinya: “Oleh sebab itu, barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu,” [QS. Al-Baqarah (2): 194].
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ ۖ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ…..الآية.
Artinya: “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu,” [QS. An-Nahl (16): 126].
Ketiga, sebagaimana yang telah dijelaskan pada poin kedua, meskipun dibolehkan untuk membalas dengan hal yang sama atau sepadan, tetap yang terbaik adalah bersabar dan memaafkan. Allah Ta’ala berfirman (lanjutan dari surat An-Nahl ayat 126):
وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ.
Artinya: “Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar,” [QS. An-Nahl (16): 126].
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ.
Artinya: “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zholim,” [QS. Asy-Syura (42): 40].
Baca Selanjutnya DISINI
Wallohu A’lam
Oleh Pengurus Shohibul Jannah