SHOHIBUL JANNAH – Anak-anak usia SD atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) berada dalam tahap penting perkembangan psikologis. Pada usia ini, mereka mengembangkan identitas diri, konsep moral, dan keterampilan sosial yang akan mereka bawa sepanjang hidup.
Gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua sangat berperan dalam membentuk aspek-aspek ini. Secara umum, gaya pengasuhan terbagi menjadi empat jenis: otoriter, permisif, otoritatif, dan lalai, masing-masing dengan dampak tersendiri pada perkembangan psikologis anak.
1. Gaya Pengasuhan Otoriter
Orang tua yang menerapkan gaya otoriter biasanya menuntut ketaatan mutlak tanpa banyak ruang untuk diskusi. Tindakan tegas ini menekankan disiplin keras yang dapat membuat anak merasa kurang dihargai.
Alquran surah Luqman ayat 13 menggambarkan bagaimana Luqman memberikan nasihat dengan tegas kepada anaknya:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar’.”
Hurlock dalam bukunya Child Development menyebutkan bahwa gaya otoriter yang kaku berpotensi membuat anak takut mengambil inisiatif, tidak percaya diri, dan mengalami kesulitan bersosialisasi. Namun, ketika disiplin diterapkan dengan kasih sayang, anak dapat belajar mengendalikan diri sambil memahami batasan yang diberikan orang tua tanpa merasakan tekanan berlebihan.
2. Gaya Pengasuhan Permisif
Orang tua permisif memberikan kebebasan yang luas kepada anak, tetapi seringkali tanpa aturan yang jelas. Dalam pandangan Islam, orang tua tetap wajib memberikan bimbingan agar anak memiliki pedoman hidup. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan dalam hadis:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanya yang menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani, atau Majusi,” (HR Bukhari).
Menurut Diana Baumrind dalam bukunya Child Care Practices Anteceding Three Patterns of Preschool Behavior, anak yang dibesarkan dalam pengasuhan permisif cenderung kesulitan memahami batasan sosial. Anak bisa menjadi egois, sulit menerima aturan, dan kurang menghargai otoritas. Di sisi lain, kebebasan yang disertai bimbingan bisa membentuk anak yang bertanggung jawab dan mandiri.
3. Gaya Pengasuhan Otoritatif
Pengasuhan otoritatif dianggap sebagai pendekatan ideal karena memberikan keseimbangan antara kebebasan dan aturan yang jelas. Orang tua yang menerapkan gaya ini membolehkan anak menyuarakan pendapatnya, tetapi tetap menegakkan aturan yang penting untuk disiplin.
Firman Allah dalam Alquran surah An-Nisa ayat 9 menjadi dasar pentingnya perhatian orang tua dalam mendidik anak dengan bijaksana:
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka.”
Dalam buku Parenting Styles and Adolescent Development karya Laurence Steinberg, gaya otoritatif dikaitkan dengan hasil positif seperti kepercayaan diri yang tinggi, keterampilan sosial yang baik, dan prestasi akademis yang stabil. Gaya ini juga membentuk karakter anak yang sehat secara psikologis, karena mereka merasa dihargai dan aman di lingkungan yang stabil.
4. Gaya Pengasuhan Lalai
Pengasuhan lalai terjadi ketika orang tua jarang memberi perhatian atau arahan pada anak. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan ini sering merasa diabaikan dan kurang berharga. Dalam perspektif Islam, Rasulullah SAW mengingatkan bahwa setiap pemimpin, termasuk orang tua, akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya,” (HR Bukhari dan Muslim).
Menurut Maccoby dan Martin dalam buku Social Development, anak yang dibesarkan dengan pengasuhan lalai biasanya memiliki kontrol diri yang rendah dan kesulitan beradaptasi secara sosial. Mereka cenderung mencari perhatian di luar rumah, dan terkadang memilih lingkungan yang kurang positif.
Kesimpulan
Setiap gaya pengasuhan memiliki dampak khusus pada perkembangan psikologis anak. Gaya otoriter dapat membuat anak merasa tidak aman dan kurang percaya diri, sementara gaya permisif cenderung membuat anak sulit menerima aturan.
Gaya otoritatif yang menyeimbangkan kebebasan dan disiplin dinilai paling efektif dalam membangun karakter anak yang sehat secara mental dan sosial. Sebaliknya, gaya lalai bisa menimbulkan dampak negatif karena kurangnya dukungan dan perhatian dari orang tua.
Dalam Islam, tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak sangat ditekankan, sehingga penting bagi orang tua untuk memilih pendekatan pengasuhan yang bijak dan penuh perhatian, demi kebaikan dan masa depan anak. Wallahu a’lam.
Oleh: Seri Bunga Putri Sibagariang (Mahasiswa Prodi PGMI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan