SHOHIBUL JANNAH – Menggunjing adalah perilaku menjelekan seseorang, ketika orang tersebut tidak hadir, perilaku semacam ini, biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Aktivitas ini faktanya sudah dilakukan banyak orang, mulai dari remaja hingga orang dewasa, bahkan banyak beredar di media sosial, video-video pendek yang berisikan kumpulan orang yang asik menggunjingkan orang lain.
Padahal, larangan menggunjing sudah tercatat dalam Al-Qur’an, berikut lima larangan dan dalilnya:
1. Larangan untuk Mencari Kelemahan Orang Lain
Allah subhanahu wa ta’ala, memerintahkan kepada orang yang beriman, untuk menjauhi sikap seperti buruk sangka, mencari kesalahan dan kelemahan orang lain, sebagaimana dalam Qur’an surat Al-Hujurat ayat 12:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ۗ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۗ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّا بٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.”
2. Larangan untuk Membicarakan Keburukan Orang Lain
Allah SWT memberi sebuah himbauan, agar umat Islam harus berhati-hati saat mengatakan apapun, karena ada dua malaikat yang selalu mengawasi, yaitu malikat rakib dan atid, sebagaimana dalam Qur’an surat Qaf ayat 18:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ
Artinya: “Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).”
3. Larangan untuk Menyebarkan Aib Orang Lain
Ayat ini merupakan himbauan, apabila ada orang yang datang dan ingin membicarakan aib orang lain, maka sebaiknya jangan ditanggapi dan membicarakannya lagi kepada orang lain, sebagaimana dalam Qur’an surat An-Nuur Ayat 19:
اِنَّ الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ اَنْ تَشِيْعَ الْفَا حِشَةُ فِى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَهُمْ عَذَا بٌ اَلِيْمٌ ۙ فِى الدُّنْيَا وَا لْاٰ خِرَةِ ۗ وَا للّٰهُ يَعْلَمُ وَاَ نْـتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
4. Larangan untuk Berbohong
Dalam memberikan penyaksian, umat Islam diperintahkan agar berlaku yang adil, tanpa memikirkan itu menguntungkan lawan dan merugikan sahabat, umat Islam harus berkata yang sebenarnya, sebagaimana dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 8:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّا مِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَآءَ بِا لْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰ نُ قَوْمٍ عَلٰۤى اَ لَّا تَعْدِلُوْا ۗ اِعْدِلُوْا ۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰى ۖ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِۢمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.”
5. Larangan untuk Menyakiti Seseorang
Ayat ini menjelaskan bahwa jangan menyakiti seseorang tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, karena hal itu merupakan kebohongan dan dosa yang nyata, sebagaimana dalam Qur’an surat Al-Ahzab ayat 58:
وَا لَّذِيْنَ يُؤْذُوْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَا لْمُؤْمِنٰتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوْا فَقَدِ احْتَمَلُوْا بُهْتَا نًا وَّاِثْمًا مُّبِيْنًا
Artinya: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”
Dapat disimpulkan, bahwa menggunjing termasuk perilaku yang sangat buruk, bahkan salah satu dalil diatas menjelaskan, bahwa menggunjing sama dengan memakan daging saudara sendiri.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, memberi ancaman kepada umat Islam, yang membicakan keburukan saudaranya, sebagaimana dalam hadits berikut:
يَا مَعْشَرَ مَنْ اٰمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ اْﻹِيْمَانُ قَلْبَهُ لاَ تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِيْنَ وَلاَ تَتَّبِعُوْا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ يَّتَّبِعْ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِيْ بَيْتِهِ. (رواه أحمد عن أبي برزه اﻷسلمى)
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman dengan lidahnya, tetapi iman itu belum masuk ke dalam hatinya, jangan sekali-kali kamu bergunjing terhadap kaum Muslimin, dan jangan sekali-kali mencari-cari aib-aib mereka. Karena siapa yang mencari-cari aib kaum Muslimin, maka Allah akan membalas pula dengan membuka aib-aibnya. Dan siapa yang dibongkar aibnya oleh Allah, niscaya Dia akan menodai kehor-matannya dalam rumahnya sendiri,” (HR Ahmad).
Menghindari perilaku menggunjing, bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya, yaitu berpikir positif kepada saudara, termasuk teman dan keluarga.
Selain itu, teman atau sahabat yang baik juga dapat mengindari perilaku menggunjing. Oleh karena itu, carilah teman yang bisa saling mengingatkan dalam hal kebaikan.
Wallohu A’lam
Oleh Rio Wijayanto