27, November 2024 | 7:54 AM

Sholat Rawatib: Waktu, Niat, dan Hikmahnya

SHOHIBUL JANNAH – Ada beberapa jenis sholat sunnah, satu di antaranya adalah sholat sunnah rawatib. Sholat sunnah rawatib termasuk ke dalam shalat sunnah muqa’at yaitu sholat yang tidak disunnahkan berjamaah.

Sholat sunnah rawatib merupakan ibadah sholat sunnah yang mengiringi sholat fardhu, baik qabliyah (dilakukan sebelum shalat fardhu) maupun ba’diyah (dilakukan setelah sholat fardhu).

Waktu pelaksanaan sholat sunnah rawatib ada dua macam. Sebagai berikut:

Pertama, sholat sunnah qabliyah, sholat sunnah ini dilakukan sebelum shalat fardhu tepatnya setelah adzan berkumandang. 

Kedua, sholat sunnah ba’diyah, yaitu shalat sunnah yang dilakukan setelah sholat fardhu.

Jumlah rakaat sholat sunnah rawatib beragam, Beberapa riwayat menyatakan jumlah rakaat yang berbeda.

Menukil riwayat Al-Bukhari dan Muslim, ulama Syafi’i membagi sholat rawatib menjadi dua golongan, yaitu: sholat sunnah rawatib muakkad (berjumlah sepuluh rakaat) dan sholat sunnah rawatib ghairu muakkad (berjumlah dua belas rakaat).

Dalam kitab Asnal Mathalib fi Syarh Raudlatuth-Thalib dijelaskan bahwa, sholat rawatib muakkad terdiri dari:

 (وَرَوَاتِبُ الْفَرَائِضِ) الْمُؤَكَّدَةِ (عَشْرٌ)، وَالْحِكْمَةُ فِيهَا تَكْمِيلُ مَا نَقَصَ مِنْ الْفَرَائِضِ فَضْلًا مِنْ اللَّه وَنِعْمَةً، وَهِيَ (رَكْعَتَانِ قَبْلَ الصُّبْحِ وَ) رَكْعَتَانِ قَبْلَ (الظُّهْرِ وَرَكْعَتَانِ بَعْدَ الظُّهْرِ وَ) رَكْعَتَانِ بَعْدَ (الْمَغْرِبِ وَ) رَكْعَتَانِ بَعْدَ (الْعِشَاءِ) لِلِاتِّبَاعِ رَوَاهُ الشَّيْخَانِ 

Artinya: “Sholat sunnah rawatib pengikut fardhu yang ditekankan adalah sepuluh rakaat. Hikmahnya adalah menyempurnakan kekurangan sholat fardhu sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Sepuluh rakaat tersebut adalah dua rakaat sebelum subuh, dua rakaat sebelum zuhur, dua rakaat setelah zuhur, dua rakaat setelah maghrib, dan dua rakaat setelah isya, karena ikut kepada riwayat Al-Bukhari dan Muslim.” 

اُصَلِّى سُنَّةَ قَبْلِيَّةً الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى 

Artinya : “Aku niat melakukan sholat sunnah sebelum subuh dua rakaat, sambil menghadap kiblat karena Allah ta’ala.”

Niat diatas merupakan niat pada waktu subuh, untuk waktu dan jumlah rakaat bisa disesuaikan dengan sholat sunnah rawatib yang hendak dilakukan.

Salah satu hikmah sholat rawatib adalah sebagai amalan penyempurna sholat fardhu, sholat merupakan amalan pertama yang akan dihisab.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

   إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الصَّلَاةُ الْمَكْتُوبَةُ، فَإِنْ أَتَمَّهَا، وَإِلَّا قِيلَ: انْظُرُوا هَلْ لَهُ مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ أُكْمِلَتِ الْفَرِيضَةُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ يُفْعَلُ بِسَائِرِ الْأَعْمَالِ الْمَفْرُوضَةِ مِثْلُ ذَلِكَ  

Artinya: “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat adalah sholat fardhu. Itu pun jika sang hamba menyempurnakannya. Jika tidak, maka disampaikan: Lihatlah oleh kalian, apakah hamba itu memiliki amalan (sholat) sunnah? Jika memiliki amalan shalat sunah, sempurnakan amalan sholat fardhu dengan amal sholat sunnahnya. Kemudian, perlakukanlah amal-amal fardhu lainnya seperti tadi,” (HR. Ibnu Majah).  

Walaupun pada hadits di atas tidak disebutkan secara spesifik bahwa sholat rawatib adalah amal yang dapat menyempurnakan pahala sholat fardhu akan tetapi ini bisa menjadi rujukan karena sholat rawatib termasuk kedalam shalat sunnah.

Dijelaskan pula dalam kitab Al Jawazir ‘an i’tirofil-Kaba’ir, imam Rafli mengatakan bahwa, seseorang yang meninggalkan sholat sunnah dapat menyebabkan ditolak kesaksiannya karena dianggap menyepelekan sholat sunnah sebagai berikut:

وَقَدْ ذَكَرَ الرَّافِعِيُّ فِي الْكَلَامِ عَلَى الْمُرُوءَةِ أَنَّ مَنْ اعْتَادَ تَرْكَ السُّنَنِ الرَّوَاتِبِ وَتَسْبِيحَاتِ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ رُدَّتْ شَهَادَتُهُ؛ لِتَهَاوُنِهِ بِالسُّنَنِ، فَهَذَا صَرِيحٌ فِي أَنَّ الْمُوَاظَبَةَ عَلَى ارْتِكَابِ خِلَافِ الْمَسْنُونِ تُرَدُّ الشَّهَادَةُ بِهِ مَعَ أَنَّهُ لَا إثْمَ فِيهِ.  

Artinya: “Imam Ar-Rafi‘i menyebutkan dalam pembahasan tentang muru’ah bahwa orang yang biasa meninggalkan sholat sunnah rawatib, tasbih rukuk, dan sujud, layak ditolak kesaksiannya karena dianggap menyepelekan sholat sunnah. Ini jelas bahwa melanggengkan diri melakukan sesuatu yang bertentangan dengan perkara sunah menyebabkan ditolaknya kesaksian walaupun tidak ada dosa di dalamnya.”

Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan yang senantiasa mengerjakan amalan sunnah seperti sholat rawatib yang telah kita bahas di atas.

Wallohu A’lam
Oleh Ustadzah Dherini Rahmarini

SJ Store